Rabu, 27 Mei 2015

Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan


                                 PRINSIP–PRINSIP SUPERVISI PENDIDIKAN
      Pengertian prinsip menurut kamus wikipedia adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Dalam pengertian umum prinsip adalah suatu pegangan hidup yang diyakini seseorang mampu membantu dirinya mencapai tujuan hidup yang dia inginkan atau diprogramkan.
     Sementara Supervisi pendidikan diartikan sebagai bimbingan profesional bagi guru-guru. Bimbingan profesional yang dimaksud adalah segala usaha yang memberikan kesempatan bagi guru-guru untuk berkembang secara profesional, agar lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokok yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar murid-murid. Oleh karena itu suatu pengajaran sangat tergantung pada kemampuan mengajar guru, maka kegiatan supervisi menaruh perhatian utama pada peningkatan kemampuan profesional guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Dalam analisis terakhir, kualitas supervisi akan direfleksikan pada peningkatan hasil belajar murid. Seorang supervisor apakah dia Kepala Sekolah, Penilik Sekolah atau Pengawas dalam melaksanakan supervisi hendaknya berdasarkan pada prinsip-prinsip supervisi. Yang dimaksud prinsip-prinsip supervisi pendidikan adalah kaidah-kaidah yang harus dipedomani atau dijadikan landasan dalam melakukan kegiatan supervisi. Berikut ini kami uraikan prinsip-prinsip supervisi menurut beberapa tokoh.
    Menurut Piet A. Suhertian dalam bukunya Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan (Suhertian,1981) mengungkapkan prinsip supervisi sebagai berikut:
1.  Prinsip ilmiah (scientific) memiliki ciri-ciri:
a.    Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan berkelanjutan.
Maksudnya kegiatan supervisi memiliki perencanaan yang pasti, teratur, pelaksanaannya secara berkelanjutan dan terus menerus.  Walaupun setelah diadakan supervisi, seorang pendidik sudah benar-benar menjadi pendidik profesional sekalipun, supervisi masih harus dilaksanakan secara kontinue. Bertujuan untuk menjaga mutu atau kualitas seorang pendidik tersebut. Karena tidak mungkin seseorang tidak menemukan kesulitan dalam setiap kegiatan atau aktifitas yang sedang dihadapi. Untuk memecahkan problematika yang muncul dalam kegiatan pembelajaran dapat diatasi dengan supervisi. Jadi berapa bulan sekali supervisi diadakan? Kapan pelaksanaannya, bagaimana pelaksanaannya? Sudah ditentukan sebagai kegiatan yang terencana, sesuai prinsip tersebut.
b.    Objektif, artinya data yang didapat berdasarkan hasil observasi nyata.
Kegiatan-kegiatan perbaikan atau pengembangan berdasarkan hasil kajian kebutuhan-kebutuhan guru atau kekurangan-kekurangan guru, bukan berdasarkan tafsiran pribadi. Melainkan kegiatan nyata dalam melaksanakan  proses belajar mengajar. Maksudnya seorang supervisi tidak boleh menyimpulkan sebuah permasalahan tanpa meninjau atau menindak lanjuti dari fakta-fakta yang ada. Hanya mengandalkan penafsiran diri sendiri.
c.     Menggunakan alat (instrumen) yang dapat memberi informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar. Misalnya untuk memperoleh data diperlukan alat perekam data, seperti angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
2.    Prinsip Demokratis
Prinsip yang menujunjung tinggi asas musyawarah. Layanan  dan bantuan yang diberikan supervisor kepada guru berdasarkan jalinan hubungan kemanusiaan yang akrab dan suasana kehangatan, sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Perlu diingat seorang supervisor tidak boleh memiliki sifat terlalu menjaga image. Jadi dengan prinsip demokratis ini dapat tercipta kerukunan yang erat antara kedua belah pihak, hubungan kekeluargaan yang baik, kesatuan fikiran dan tujuan. Prinsip demokratis juga dapat diartikan menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru. Meskipun di kantor guru berperan sebagai bawahan, tetapi tidak ada kesenjangan sosial antara guru dengan supervisor. Guru dapat memunculkan pendapat atas ide-ide atau gagasan terbaru yang dimilikinya.  Keputusan-keputusan maupun pendapat dari supervisor juga dapat diterima dengan baik oleh guru. Sehingga tujuan supervisi pendidikan dapat tercapai.
3.    Prinsip kerjasama
Artinya mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi sharing of idea, sharing of experience, memberi support atau mendorong, menstimulasi guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama. Maksudnya kerjasama seluruh staf dalam kegiatan pengumpulan data, analisa data dan perbaikan serta pengembangan proses belajar mengajar hendaknya dilakukan dengan cara kerjasama seluruh staf sekolah. Dengan adanya kerjasama tersebut, terciptalah situasi belajar mengajar yang lebih baik.
4.    Prinsip konstruktif dan kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas kalau supervisi mampu mencipakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara yang menakutkan. Misalkan sehari-hari menampilan raut muka yang tidak menyenangkan di depan guru-guru. Tidak memiliki perhatian lebih dengan guru-guru. Minimnya berkomunikasi dengan guru-guru. Terlalu mengedepankan sikap “jaga image” seakan muncul garis dinding yang kokoh sebagai pembatas kedudukan antara supervisor dan guru, atasan dan bawahan. Sang Supervisor lebih merasa berkuasa atas keputusan yang diambilnya, kemudian mengambil keputusan yang semena-mena tanpa memperhatikan hasil penelitian dan faktor-faktor lain. Dalam hal ini guru merasa dikucilkan karena selalu disalahkan.
Prinsip konstruktif dan kreatif ini bertujuan membina inisiatif guru dan mendorong guru untuk aktif menciptakan suasana dimana setiap orang akan merasa aman dan bebas mengembangkan potensi-potensinya. Supervisor perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip tersebut di atas. Kalau ada Supervisor yang memaksakan kehendak, menakut-nakuti guru, yang justru akan melumpuhkan kreativitas anggota staf perlu diubah. Sikap korektif misalnya, suka mencari-cari kesalahan harus diganti dengan sikap kreatif dimana setiap orang mau dan mampu menumbuhkan serta mengembangkan kreativitasnya untuk perbaikan pengajaran
       Sementara dalam buku Pedoman Pelaksanaan Supervisi Pendidikan Agama (Ditjen Islam Depag, 2003), dijelaskan bahwa prinsip-prinsip supervisi pada dasarnya akan diarahkan pada 3 hal sebagai berikut:
1.    Prinsip Fundamental
Yaitu prinsip yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur Pancasila dan Agama. Pancasila merupakan dasar atau prinsip fundamental bagi setiap supervisor pendidikan Indonesia. Bahwa seorang supervisor haruslah seorang pancasilais sejati.
2.    Prinsip Praktis
a. Hal-hal dari prinsip negatif yang harus dihindari:
1) supervisi tidak boleh bersifat mendesak (otoriter)
2) supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan
3) supervisi tidak boleh lepas dari tujuan pendidikan dan pengajaran
4) supervisi hendaknya tidak hanya menilai hal-hal yang nampak atau terlihat
5) supervisi tidak mencari kelemahan/kekurangan/ kesalahan
6) Supervisi jangan terlalu berharap cepat mengharapkan hasil atau perubahan
b. Prinsip positif, yaitu prinsip yang patut kita ikuti antara lain:
1) Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif
2) Supervisi harus kreatif dan konstruktif
3) Supervisi harus scientific dan efektif
4) Supervisi harus dapat memberi perasaan aman kepada guru-guru
5) Supervisi harus berdasarkan kenyataan
6) Supervisi harus memberi kesempatan kepada guru mengadakan Self Evolution.
Menurut E. Mulyasa dalam bukunya Kurikulum Berbasis Kompetensi (E. Mulyasa, 2004) prinsip-prinsip supervisi antara lain:
1.    Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkis
2.    Dilaksanakan secara demokratis
3.    Berpusat pada tenaga kependidikan (guru)
4.    Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru)
5.    Merupakan bantuan profesional
Menurut Moh Rifai, MA dalam buku Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Ngalim Purwanto, 1987) untuk dapat menjalankan tugas supervisi sebaik-baiknya, Kepala Sekolah (Supervisor) hendaklah memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.      Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif yaitu pada yang dibimbing dan diawasi harus dapat menimbulkan dorongan untuk bekerja.
2.   Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang sebenar-benarnya (realistis, mudah dilaksanakan).
3.      Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.












Tipe-tipe Supervisi Pendidikan




                                     TIPE–TIPE SUPERVISI PENDIDIKAN

Sehubungan dengan hal itu, menurut supardi ada lima tipe supervisi, yaitu:

1.      Tipe Inspeksi
            Tipe ini merupakan tipe supervisi yang mewajibkan supervisor turun melihat langsung hal-hal yang dikerjakan targer supervisi. Kegiatan supervisi yang menggunkan tipe ini, apabila target supervisi melakukan dalam aktifitas kerjanya, supervisor dapat menginformasikannya secara langsung kepada target supervisi agar langsung menyadari kesalahannya dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah.
            Ketika supervisor menjalankan tipe ini, maka yang harus diperhatikan adalah:
a.       Supervisi tidak boleh dilakukan berdasarkan hubungan pribadi maupun keluarga.
b.      Supervisi hendaknya tidak kemungkinan terhadap perkembangan dan hasrat untuk maju bagi bawahannya. Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil, mendesak.
c.       Supervisi tidak boleh menuntut prestasi di luar kemampuan bawahannya.
d.      Supervisi tidak boleh egois, tidak jujur dan menutup diri terhadap kritik dan saran dari bawaannya.

2.      Tipe Laisses Faire
            Tipe ini target supervisi diberikan kebebasan dalam menjalankan aktifitasnya. Sebab yang dutamakan dalam supervisi model ini adalah hasil akhir sehingga supervisor tidak begitu intens daslam memfokuskan proses kerja yang dilaksanakan target supervisi. Selain itu apabila kita menggunakan tipe inii, supervisor tidak boleh memaksakan kemauannya (otoriter) kepada orang-orang yang disupervisi.
            Supervisor juga diharuskan memberikan argumentasi atau alasan yang rasional tentang tindakan-tindakan serta instruksinya. Hendaknya tidak menonjolkan jabatan atau kekuasaannya agar tidak menghambat kreativitas bawahannya.

3.      Tipe Coersive
            Tipe coersive (paksaan) supervisor dalam melaksanakan tugasnya turut campur dalam mengembangkan pendidiknya. Tipe supervisi seperti ini diperuntukan bagi para pendidik dan tenaga kependidikan yang masih lemah daslam memahami tugas dan tanggung jawabnya. Tipe seperti ini “terpaksa” dilakukan karena pendapat A. Sitohang yang menyatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia masih sangat dibutuhkan. Karena ternyata dari hasil penelitian menunjukan masih banyak kekurangan dan kelemahan yang masih harus diperbaiki, terutama dalam bidang pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan yang sesuai dengan target organisasi. Dalam hal ini adalah seperti lembaga pendidikan Islam.Dengan adanya tipe ini, diharapkan problem seperti ini akan cepat teratasi.

4.      Tipe Training and Guidance
            Tipe training and guidance (pelatihan dan pendampingan) merupakan tipe supervisi yang menekankan keefektifan target supervisi. Kegiatan supervisi dilaksanakan dengan berbasis kepada pengembangan minat dan bakat target supervisi. Tipe training and guidance ini cocok digunakan apabila target supervisi masih belum berpengalaman dalam melaksanakan tugas keprofesian pendidikan. Namun, tipe ini dapat diterapkan kepada target supervisi yang telah berpengalaman.
            Agar tipe training and guidance ini dapat dijalankan secara efektif, maka supervisor hendaknya juga menyiapkan berbagai macam sikap yang bersinergi dengan tugasnya. Teori Kiyosaki, maka beberapa sikap yang dibutuhkan supervisor tersebut antara lain:
a.       Supervisor hendaknya bersikap positif terhadap segala macam persepsi baik yang positif maupun negatif kepada dirinya.
b.      Supervisor dituntut untuk dapat memimpin organisasi profesi pengawas untuk dapat meningkatkan kinerjanya dalam hal pengawasan dan pemantauan baik secara institusional (satuan pendidikan) maupun personal (pendidikan dan tenaga kependidikan).
c.       Supervisor hendaknya memiliki sikap yang superl dalam berkomunikasi kepada segenap stakeholders pendidikan. Sikap yang aktif, efektif dan menyenangkan dalam berkomunikasi akan memperlancar tugas supervisi. Sehinggak pencapaian target akan terealisasi dengan tepat.
d.      Supervisor harus bersikap berani terhadap usaha intimidasi atau tekanan dari pihak lain dalam menjalankan tugas pengawasan dan pembinaan.
e.       Supervisor dituntut bertanggung jawab atas hasil supervisi terhadap satuan pendidikan yang dibinanya. Pertanggungjawaban atas hasil kerja merupakan indikasi bahwa supervisor melakukan pembinaan dan pengawasan dengan baik kepada satuan pendidikan yang dibinanya.

5.       Tipe Demokratis
            Keterlibatan target supervisi sangat diandalkan dalam tipe supervisi demokratis. Hal utama yang ingin dituju adalah adanya kerjasama pembinaan antara supervisor dan target supervisor dan target supervisor. Langkah ini dilakukan agar target supervisi ikut merasakan sendiri terhadap program supervisi yang dijalankan kepadanya. Untuk itu, supervisor tidak boleh boleh bersifat otoriter dalam menjalankan kegiatan supervisi. Keseluruhan tipe supervisi demokratis ini difokuskan ke dalam satuan pendidikan meliputi manajemen kurikulum pembelajaran; kesiswaan; sarana prasarana; ketenagaan; keuangan; hubungan sekolah dengan masyarakat dan layanan khusus












Model Pembelajaran Inkuiri



MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI


A. Pengertian
Seiring dan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Para ilmuan tidak ketinggalan selalu mencari dan menggali model-model pembelajaran yang relevan dengan tuntutan kurikulum dan tuntutan zaman. Dari sekian banyak model pembelajaran maksudnya supaya pembelajaran efektif dan efesien serta bermakna bagi siswa baik untuk masa sekarang maupun untuk masa mendatang.
Setiap model pembelajaran mempunyai karakter atau strategi yang berbeda-beda. Khususnya model pembelajaran inkuiri lebih cenderung pada mencari, menggali untuk menemukan sendiri, dan karakternya cenderung student centre artinya pembelajaran lebih dititikberatkan pada keaktifan siswa, sedangkan pembelajaran yang cenderung dengan pada pola tradisional lebih menekankan pada teacher centre artinya pembelajaran berpusat pada guru, kedududkan siswa hanya duduk, dengar, catat, dan hapal (DDCH).
1. Pengertian Inkuiri
a.   Inkuiri berasal dari bahasa inggris Inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari jawaban terhadap jawaban ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat kegiatan pendidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan asumsi lain inkuiri bertitik tolak dari suatu keyakinan dalam rangka mengembangkan siswa secara independen, model tersebut membutuhkan partisipasi aktif dalam penyelidikan secara ilmiah.
      Latihan model individu dimulai dengan memberikan kepada siswa suatu peristiwa yang menimbulkan “teka-teki”. Hal ini akan menimbulkan motivasi siswa untuk mencari, menggali bahkan untuk membuktikannya sehingga siswa dalam memperoleh informasi baik data, maupun fakta kea rah yang meyakinkan. Dengan melakukan observasi dan eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan maslah yang telah dirumuskan dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis dari Schmiat (dalam Satan Ambri 2010:85).
b.   Inkuiri merupakan suatu kegiatan siswa mencari suatu sampai tingkat “yakin” (Believe). Tingkat ini dicapai melalui dukungan fakta analisis interpretasi serta pembuktiannya. Bahkan lebih dari itu dalam inkuiri akan dicari tingkat pencarian alternatiif pemecahan masalah tersebut oleh Thorstone (dalam Satan Ambri 2010:102).
c.   Inkuiri berarti peryataan atau pemeriksaan atau penyelidikan, Suchman, Hilda, Kandi, dan Margaretha ,  (dalam Satan A 2010:102). Mengembangkan model pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, model pembelajaran ini melatih siswa dalam proses untuk menginvestasi dan menjelaskan suatu penomena yang tidak biasa. Model Pembelajaran ini mengajak siswa untuk melakukan hal yang serupa seperti para ilmuan dalam usaha mereka mengorganisir pengetahuan dan membuat prisnip-prinsip.
d.   Inkuiri sebagai suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. W. Gellu (dalam Trianto, 2007:109)
e.   Inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa (student centre) di mana kelompok-kelompok siswa kedalam suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan secara jelas, Qemar Hamalik (dalam Suryati dkk, 2008:22)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh oleh siswa, mulai dari penyajian masalah yang menimbulkan teka-teki. Sehingga siswa terdorong untuk menyelidiki atau mengobservasi dalam mengadakan eksperimen mulai dari konsep ke data sampai fakta, dilakukan secara ilmiah atau logis, kritis dan sistematis. Sampai siswa menemukan sendiri secara meyakinkan .
2. Tujuan Model Pembelajaran Inkuiri
Tujuan model pembelajaran ini, berbeda dengan model-model pembelajaran yang lainnya. Adapun tujuan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
a.   Siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan intelektual.
b.   Siswa diberikan kesempatan untuk memecahkan masalah-masalah yang mengandung unsur teka-teki contoh nya benarkah sebuah benang ukuran 4 cm dibentuk beberapa bidang datar akan menghasilkan luas yang sama, jawabannya ya atau tidak , tetapi semua harus diuji kebenarannya.
c.   Memberi kesempatan untuk melakukan atau mengadakan eksperimen untuk meyakinkan sebuah masalah yang mengandung unsur teka-teki.
d.   Memberi kesempatan untuk membuktikan masalahdimulai dari sebuah teori, data, fakta dianalisis melalui pemikiran yang logis atau secara ilmiah.
e.   Memberi kesempatan untuk menyimpulkan hasil eksperimen dengan menentukan teori baru secara meyakinkan, sehingga pembelajaran itu bermakna.




B. Ciri-ciri Model pembelajaran Inkuiri
Proses pembelajaran dengan model inkuiri menurut Kuslan dan Stone (dalam Satan dkk, 2010:104), ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a.  Menggunakan keterampilan proses.
b.  Jawaban yang dicari siswa tidak diketahui terlebih dahulu.
c.  Siswa berhasrat untuk menemukan pemecahan masalah.
d.  Suatu masalah temukan dengan pemecahan masalah siswa sendiri
e.  Hipotesis dirumuskan oleh siswa untuk melakukan percoban atau eksperimen.
d. Para siswa mengusulkan penghapalan data untuk mengadakan pengamatan, dengan membaca atau mengumpulkan permasalahan
g.  Siswa mengolah data sehingga mereka pada simpulan.
Berdasarkan ciri-ciri model pembelajaran di atas, guru telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih berpikir. Pada model ini siswa mengalami keterlibatan baik berupa fisik, emosional, atau mental. Untuk melakukan percobaan atau eksperimen. Ciri model pembelajaran ini, tujuannya membentuk sikap ilmiah di damping penguasaan konsep, prinsip. Hukum atau kaidah-kaidah, dalil maupun teori.
Selanjutnya Sofan Amri dkk (2010:105) pendidikan inkuiri didukung empat karakteristik utama siswa, yaitu:
a.  Secara intuisif siswa selalu ingin tahu
b.  Di dalam percakapan siswa selalu ingin bicara dan mengkomunikasikan idenya.
c.  Dalam membenagun (konstruksi) siswa selalu ingin membuat sesuatu.
d.  Siswa selalu mengapresiasikan seni.
Dari sudut pandang siswa model pembelajaran ini merupakan akhir dari paradigma kelas belajar melalui mendengarkan anggota (member) mereka kesempatan mencapai tujuan nyata dan otentik. Bagi guru, pendidikan berbasis inkuiri merupakan akhir dari paradigma. Berbicara untuk mengajar dan mengubah peranan mereka sebagai kolega dan mentor bagi siswanya.




C. Model Mengajar dengan Menggunakan Inkuiri
Salah satu usaha pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan meningkatkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan No. 22, 23, dan 24 tahun 2005. Ada beberapa pendapat tentang model pembelajaran. Pertama, model pembelajaran merupakan suatu rencana pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberikan petunjuk kepada guru atau pengajar di kelas dalam seting pembelajaran lainnya. Yang kedua, model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Model pembelajaran dengan menggunakan Inkuiri menurut M. D. Dahlan dkk (1984:38) adalah sebagai berikut:
1. Tahap-tahap Model
No
Tahapan Model
Uraian Tahapan Model
1
Penyajian Masalah
a.     Menjelaskan prosedur inkuiri
b.     Mengemukakan masalah
2
Pengeumpulan dan Verifikasi data
a.     Membuktikan objek dan kondisi
b. Menyelidiki peristiwa situas  masalah

3
Merumusan Penjelasan
a.     Memisahkan variable yang relevan
b. Mengadakan hipotesis dan mentes  hubungan sebab akibat
4
Merumusakan penjelasan
 Menyusun kaidah atau
 penjelasan
5
Mengadakan analisis tentang proses inkuiri
Menganalisis strategi dan  mengembangkan inkuiri secara efektif

2. Sistem Sosial
Model latihan inkuiri memiliki struktur yang tinggi dengan adanya kontrol guru dalam interaksi dan menentukan prosedur inkuiri. Lingkungan intelektual terbuka untuk semua gagasan yang relevan. Guru dan siswa berpartisipasi bersama dalam penyajian gagasan tersebut dalam latihan inkuiri, siswa dapat menggunakan sumber materi, diskusi antarsiswa mengandalkan eksperimen.


3. Prinsip Reaksi
Reaksi dari model pembelajaran inkuiri terdapat dalam tahap dua dan tiga, yaitu: Pengumpulan data perifikasi data serta mengadakan eksperimen. Siswa akan mengalami problema tentang masalah yang dihadapi. Tugas guru membantu dan mengarahkan siswa terhadap proses penyelidikan, sampai siswa menemukan konsep baru dengan meyakinkan.
4. Sistem Penunjang
Sistem Penunjang yang optimal ialah seperangkat materi yang bertentangan dan sumber-sumber materi yang berhubungan dengan problem yang dihadapi siswa.

D. Implementasi Pembelajaran Inkuiri
Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dihubungkan dalam kurikulum berbasis kompetensi, merupakan standar minimal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai dan mampu dilakukan oleh siswa pada setiap tingkatan dalam satu mata pelajaran, yang dapat diterapkan dalam kehidupan (Depdiknas, 2003)
Inkuiri merupakan suatu model pembelajaran yang dapat membangun paradigma pembelajaran kontruktivisme yang menekankan pada kearifan belajar siswa dalam menggunakan keterampilan proses yang pada intinya siswa melakukan: a. merumuskan pertanyaan dan mengarah pada kegiatan investigasi, b. menyusun hipotesis, c. melakukan percobaan, d. mengumpulkan data dan mengolah data, e. mengevaluasi dan mengkomunikasikan hasil temuannya.
Kegiatan inkuiri sangat penting karena dapat mengoptimalkan keterlibatan pengalaman secara langsung dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini inkuiri perlu dirancang dengan matang agar proses ini bermakna dalam kehidupan siswa baik sekarang maupun masa yang akan datang
Penerapan inkuiri sangat berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme yang dikembangkan atas dasar psikologi perkembangan kognitif dari Jean Piaget, Leuvygotsky dan Slovin . Ketiga ahli tersebut mengatakan perubahan kognitif seseorang hanya akan terjadi jika konsep awalnya mengalami proses ketidak seimbangan dengan adanya informasi baru.
Titik berat teori konstruktivisme terletak pada gagasan bahwa siswa harus dapat membangun pengetahuannya sendiri. Dengan belajar melalui model inkuiri siswa akan terlibat dalam proses mereorganisasi struktur pengetahuan nya dimulai penggabungan pemahaman konsep-konsep yang sudah dimiliki sebelumnya dengan ide-ide yang baru didapatkan, Collins (dalam Trianto, 2007:13).
Aplikasinya proses inkuiri dikembangkan untuk ilmu sains, prosedurnya dapat digunakan untuk semua mata pelajaran. Setiap topik dapat diformulasikan sebagai situasi yang mengandung unsur “teka-teki” yang merupakan bahan latihan inkuiri, menyusun suatu situasi yang mengandung unsure teka-teki adalah tugas yang cukup sulit karena dituntut keterampilan guru dalam merancang sebuah problema dari mata pelajaran untuk dituangkan ke dalam proses inkuiri.

1. Contoh : Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri
Mata Pelajaran                                    : Matematika
Pokok Bahasan                                  : Geometri Bidang Datar
Sub Pokok Bahasan/Topik                 : Mencaritual
Kelas/Semester                                  : III/Ganjil
Standar Kompetensi dan                    : Dibuat Silabus
Kompetensi Dasar
No
Tahap-Tahap
Inkuiri
Indikator Inkuiri
Keterangan
1
Penyajian masalah. Mengajukan pertanyaan dengan unsur teka-teki
1.     Benarkah sebuah benang ukuran 40 cm dibentuk beberapa bidang akan menghasilkan luas yang sama
Ya
Tidak
2
Pengumpulan data Verifikasi data
a.    Siswa membawa benang beraneka ragam yang ukurannya 40 cm
b.     Penggaris
Membawa alat-alat yan diperlukan untuk kepentingan inkuiri
3
Mengadakan eksperimen
Membedakan variable
Mengetes Hipotesis
a.     Kelompok satu melakukan percobaan membuktikan benang ukuran 40 cm dibuat persegi
b.    Kelompok lain membuktikan benang ukuran 40 cm dibuat segi tiga
c.     kelompok tiga membuktikan lingkaran
Membuktikan
4
Merumuskan pelajaran
Menggunakan rumus-rumus geometri
a.     Siswa atau kelompok melakukan pengukuran
b.     Siswa atau kelompok melakukan pengukuran dengan menggunkana rumus Geometri
Dipraktikan
5
Menganalisis prosedur inkuiri
Membuat simpulan
a.     Kelompok membandingkan masing-masing ukuran
b.     Membandingkan masing-masing ukuran
Dipraktikan