Jumat, 19 Juni 2015

Makalah Validitas




                                                      KATA PENGANTAR



Assalamualaikum Wr. Wb.

      Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang senantiasa selalu memberikan berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Evaluasi Pendidikan yang akan membahas objek tentan “ Validitas” ini yang Insya Allah dapat memberikan informasi yang berharga bagi para pembaca.
      Didalam makalah ini terdapat beberapa hal yang akan disampaikan berupa pembahsan tetang Validitas evaluasi pendidikan
      Kami bertrimakasih kepada pihak – pihak yang telah membantu lancar nya pembuatan makalah ini yang tidak dapat kami sampaikan satu persatu.                     
Demikian makalah ini dibuat, mohon maaf yang sebesar besarnya atas kesalahan baik berupa kata kata maupun dalam pengetikan dalam makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.





Jakarta,  11 November 2014






DAFTAR ISI
KATA PENGANTGAR ……….…………………………………………………….1
DAFTAR ISI ………………………………………………………………...………2
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ………………………………………………………………3
1.2  Rumusan Masalah ……………………………………………………...……3
1.3  Tujuan Pembuatan Makalah …………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Validitas ………………………………………………………...4
2.2  Macam – Macam Validitas …………………………………………………5
2.3  Faktor yang Mempengaruhi Validitas……………………………………….9
2.4  Validitas Cara mengetahui validitas alat ukur……………………………….11
2.5  Validitas Item dan Validitas faktor …………………………………………..12
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan …………………………………………………………………13
3.2  Saran ………………………………………………………………………..13
3.3  Daftar Pustaka ……………………………………………………………...13








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan arah yang lebih luas. Penilaian program pendidikan menyangkut penilaian terhadap tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program dan sarana pendidikan. Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru siswa dan keterlaksanaan program belajar mengajar. Sedangkan penilaian hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka pendek dan hasil belajar jangka panjang.
Dengan demikian, inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut berlangsung, baik dalam bentuk validitas maupun reliabilitas. Keberhasilan mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa sebagaimana adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat tergantung pada kualitas alat penilaiannya di samping pada cara pelaksanaannya.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulisan makalah ini akan difokuskan pada pembahasan tentang “Validitas” agar dapat lebih memahami apa itu sebenarnya validitas dan serta lebih memahami bagaimana mengetahui suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan validitas?
2.      Apa saja macam – macam validitas?
3.      Apakah faktor yang mempengaruhi validitas?
4.      Bagaimana mengetahui validitas alat ukur?
5.      Apa yang dimaskud validitas item dan validitas faktor?

1.3  Tujuan Makalah
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan validitas
2.      Mengetahui macam – macam validitas
3.      Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi validitas
4.      Mengetahui cara menghitung validitas alat ukur
5.      Mengetahui validitas tes, validitas item dan validitas faktor
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suharsimi Arikunto (1995 : 73) menjelaskan bahwa validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur, sedangkan menurut Menurut Gronlund dan Linn (1990) Validitas adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi, jadi jika data yang dihasilkan dari sebuah instrument valid, maka dapat dikatakan bahwa istrumen tersebut valid, karena dapat memberikan gambaran tetang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya jadi jika data yang dihasilkan oleh instrument benar atau valid, sesuai kenyataan, maka instrument yang digunakan tersebut juga valid.
 Prinsip validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsif keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan.
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan pada validitas suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil pengukuran mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi. Suatu tes yang dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai variabel A’ atau bahkan B, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk mengukur variabel A dan tinggi validitasnya untuk mengukur variabel A’ atau B (Azwar 1986).

2.3 Macam – Macam Validitas
a. Validitas Logis
istilah validitas logis mengandung kata logis yang berasal dari kata logika yang artinya penalaran. Validitas logis adalah menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumenyang memenuhi persyaratan valid yang berdasarkan pada hasil penalaran, kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah di rancang secara baik, menikuti teori dan kententuan yang sudah ada. Validitas logis disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi alat ukur merupakan representasi dari aspek yang hendak diukur.
            Untuk memperoleh validitas lois yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi bagian alat ukur secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat ukur hendaknya harus dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkrit. Batasan perilaku yang kurang jelas akan menyebabkan terikatnya item-item yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian penting dari objek ukur yang seharusnya masuk sebagai
bagian dari alat ukur yang bersangkutan.Validitas logis memang sangat penting peranannya dalam penyusunan tes prestasi dan penyusunan skala, yaitu dengan memanfaatkan blue-print atau tabel spesifikasi.
Validitas Logis dibagi menjadi 2 yaitu validitas isi (contect validty) dan Validitas konstrak (construct validity)
1.      Validitas isi (contect validity)
Validitas isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi. Sukardi (2008) ialah detrajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan subtansi yang ingin diukur. Menurut Suharsimi Arikunto (2013 : 82) sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. oleh karena itu materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi sering disebut juga validitas kurikuler. Misalnya untuk siswa kelas I SMU akan diberikan tes Matematika, maka item-itemnya harus diambil dari materi pelajaran kelas I, apabila kita sisipkan item-item yang diambil dari materi pelajaran kelas III maka tes tersebut sudah tidak valid lagi.
            Untuk menilai apakah suatu tes memiliki validitas isi atau tidak dapat kita lakukan dengan jalan membandingkan materi tes tersebut dengan analisa rasional yang kita lakukan terhadap bahan-bahan yang seharusnya dipergunakan dalam menyusun tes tersebut. Apabila materi tes tersebut telah cocok dengan analisa rasional yang kita lakukan, berarti tes yang kita nilai itu mempunyai validitas isi. Sebaliknya apabila materi tes tersebut menyimpang dari analisa rasional kita, berarti tes tersebut tidak valid ditinjau dari validitas isinya.
Validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran. Dengan kata lain, tes yang mempunyai validitas isi yang baik ialah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
Menurut Gregory (2000) validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Artinya tes mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara proporsional.
Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak harus dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu, validitas isi suatu tes tidak memiliki besaran tertentu yang dihitung secara statistika, tetapi dipahami bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu, wiersma dan Jurs dalam Djaali dan Pudji (2008) menyatakan bahwa validitas isi sebenarnya mendasarkan pada analisis logika, jadi tidak merupakan suatu koefisien validitas yang dihitung secara statistika.
Untuk memperbaiki validitas suatu tes, maka isi suatu tes harus diusahakan agar mencakup semua pokok atau sub-pokok bahasan yang hendak diukur. Kriteria untuk menentukan proporsi masing-masing pokok atau sub pokok bahasan yang tercakup dalam suatu tes ialah berdasarkan banyaknya isi (materi) masing-masing pokok atau sub-pokok bahasan seperti tercantum dalam kurikulum atau Garis-Garis Besar Program Pengajaran(GBPP).
2.      Validitas Konstrak (concstruct validity)
Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan, sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2013) sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir – butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berfikir seperti yang disebutkan dalam Tujuan Instruksional. Jadi jika butir – buitir soal menukur aspek berfikir tersebut sudah sesuai dengan apek berfikir yang menjadi tujuan intsruksional. Misalnya kalau kita akan memberikan tes mata pelajaran IPA, kita harus membuat soal yang ringkas dan jelas yang benar-benar mengukur kecakapan IPA, bukan mengukur kemampuan bahasa karena soal itu ditulis secara berkepanjangan dengan bahasa yang sukar dimengerti.
Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen-instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel-variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat, konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi (kecerdasan intelekual), kecerdasan emosional dan lain-lain.
Untuk menentukan validitas konstruk suatu instrumen harus dilakukan proses penelaahan teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan butir-butir item instrumen. Perumusan konstruk harus dilakukan berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melalui proses analisis dan komparasi yang logik dan cermat.
b. Validitas Empiris
istilah validitas empiris memuat kata empiris yang berarti pengalaman. Suharsimi Arikunto (2013) sebuah instrument dapat dikatan memiliki validitas yang empiris apabila sudah diuji dari pengalaman. Sebagai contoh sehari – hari seseorang dapat diakui jujur oleh masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut memang jujur. Contoh lain, seseorang dapat dikatakan kreatif apabila dari pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut sudah banyak menghasilkan ide – ide baru yang diakui berbeda dari hal – hal yang sudah ada, dari penjelasan dan contoh – contoh tersebut diketahui bahwa validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman.
Ada dua macam validitas empiris, yakni
1.      Validitas ada sekarang (concurrent validity)
Menurut Sukardi (2008) validitas konkuren derajat Dimana skor dlam suatu tes dihubungkan dengan skor lain yang telah dibuat, sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2013) sebuah tes memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai dengan pengalaman, jika adalah istilah sesuai ada dua hal yang dipasangkan. Dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah ada (ada sekarang, concurrent). Cara – cara membuat tes dengan validitas konkuren dapat dilakukan dengan beberapa langkah seperti berikut:
a.       Administrasi tes yang barunyang dilakukan terhadap grup atau anggota kelompok
b.      Cacat tes baku yang ada termasuk beberapa koefisien validitas nya jika ada.
c.       Hubungkan atau korelasikan dua tes skor tersebut.

2.      Validitas prediksi (predictive validty)
            Memprediksi artinya meramal dengan meramal selalu  mengenai hal yang akan datang jadi sekarang belum terajadi. Sukardi (2008) validitas prediksi adalah derajat yang menunjukan suatu tes dapat memprediksi tentang bagaimana baik seseorang akan melakukan suatu prospek tugas atau pekerjaan yang direncanakan. Suahrsimi Arikunto (2013) sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Misalnya tes masuk perguruan tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan keberhasilan perserta tes dalam mengikuti kuliah dimasa yang akan datang. Calon yang tersaing berdasarkan hasil tes diharpkan mencerminkan tinggi rendah nya kemampuan mengikuti kuliah.
Kriteria telah di identifikasikan dan ditentukan prosedur selanjut nya adalah menentukan validitas prediksi suatu tes dengan cara seperti berikut.
1.      Buat item tes sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
2.      Tentukan kelompok yang dijadikan subjek dalam pilot study.
3.      Identifikasi kriteria prediksi yang hendak dicapai
4.      Tunggu sampai tingkah laku yang di prediksi atau variabel kriterion muncul dan terpenuhi dalam kelompok yang telah di tentukan
5.      Capai ukuran – ukuran criterion tersebut
6.      Korelasikan dua set skor yang dihasilkan
Hasil angka beberapa koefisien validitas adalah menunjukan validitas prediksi terhadap tes yang baru dibuat. Jika koefisien tinggi bearti tes mempunyai prediksi bagus. Sebaliknya, jika koefisien rendah, berarti tes yang baru sibuat mempunyai tes prediksi rendah.

3.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi validitas
Banyak faktor yang dapat memengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapa faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang bersal dari siswa yang bersangkutan.
1.      Faktor yang berasal dari dalam tes
Beberapa sumber pada umumnya bersal dari faktor internal tes evaluasi diantaranya sebagai berikut:
a.       Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas tes.
b.      Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrument evaluasi, terlalu sulit.
c.       Item – item tes dikontruksi dengan tidak sesuai.
d.      Tingat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa.
e.       Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu kurang atau terlalu longgar.
f.       Jumlah item tes terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sample materi pembelajaran.
g.      Jawaban masing – masing item evaluasi bisa diprediksi siswa.

2.      Faktor yang berasal dari administrasi dan skor.
Faktor ini dapat mengurangi validitasi interpretasi tes evaluasi, khususnya tes evaluasi yang dibuat oleh guru. Berikut beberapa contoh faktor yang sumbernya yang berasal dari proses administrasi dan skor.
a.       Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam situasi yang tergesa – gesa.
b.      Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak bisa membedakan siswa yang belajar dengan yang melakukan kecurangan.
c.       Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan semua siswa.
d.      Teknik pemberian skor yang tidak konsisten, mislanya pada tes essay, juga dapat mengurangi validitas tes evaluasi.
e.       Siswa tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.
f.       Adanya orang lain yang bukan siswa yang termasuk dan menjawab item tes yang diberikan.
3.      Faktor yang bersal dari jawaban siswa
Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item – item tes evaluasi tidak valid, karna dipengaruhi oleh jawab siswa dari interpretasi item – item pada tes evaluasi. Sebagai contoh, sebuah tes para siswa menjadi tegang karena guru mata pelajaran tersebut “killer” galak dan sebagainya. Sehingga siswa yang mengikuti tes tersebut banyak yang gagal. Contoh lain, ketika siswa melakukan tes penampilan keterampilan, ruangan terlalu ramai atau gaduh sehingga siswa tidak dapat berkonsentrasi dengan baik. Ini semua dapat mengurangi nilai validitas instrumen evaluasi.






4 komentar: