KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan
memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang senantiasa selalu memberikan
berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Evaluasi
Pendidikan yang akan membahas objek tentan “ Validitas” ini yang Insya Allah dapat memberikan informasi yang
berharga bagi para pembaca.
Didalam makalah ini terdapat beberapa hal yang akan disampaikan berupa
pembahsan tetang Validitas evaluasi pendidikan
Kami bertrimakasih kepada pihak – pihak
yang telah membantu lancar nya pembuatan makalah ini yang tidak dapat kami
sampaikan satu persatu.
Demikian
makalah ini dibuat, mohon maaf
yang sebesar besarnya atas kesalahan baik berupa kata kata maupun dalam
pengetikan dalam makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 11 November 2014
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTGAR ……….…………………………………………………….1
DAFTAR ISI ………………………………………………………………...………2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ………………………………………………………………3
1.2 Rumusan
Masalah ……………………………………………………...……3
1.3 Tujuan
Pembuatan Makalah …………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Validitas ………………………………………………………...4
2.2
Macam – Macam Validitas …………………………………………………5
2.3
Faktor yang Mempengaruhi
Validitas……………………………………….9
2.4
Validitas Cara mengetahui validitas alat
ukur……………………………….11
2.5
Validitas Item dan Validitas faktor
…………………………………………..12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………13
3.2 Saran ………………………………………………………………………..13
3.3 Daftar Pustaka ……………………………………………………………...13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan konsep penilaian
pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan arah yang lebih luas. Penilaian
program pendidikan menyangkut penilaian terhadap tujuan pendidikan, isi
program, strategi pelaksanaan program dan sarana pendidikan. Penilaian proses
belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa,
pola interaksi guru siswa dan keterlaksanaan program belajar mengajar.
Sedangkan penilaian hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka pendek dan
hasil belajar jangka panjang.
Dengan demikian, inti penilaian
adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai tersebut
berlangsung, baik dalam bentuk validitas maupun reliabilitas. Keberhasilan
mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa sebagaimana adanya (objektivitas
hasil penilaian) sangat tergantung pada kualitas alat penilaiannya di samping pada
cara pelaksanaannya.
Berdasarkan hal tersebut, maka
penulisan makalah ini akan difokuskan pada pembahasan tentang “Validitas” agar dapat lebih memahami
apa itu sebenarnya validitas dan serta lebih memahami bagaimana mengetahui
suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan validitas?
2. Apa
saja macam – macam validitas?
3. Apakah
faktor yang mempengaruhi validitas?
4. Bagaimana
mengetahui validitas alat ukur?
5. Apa
yang dimaskud validitas item dan validitas faktor?
1.3 Tujuan Makalah
1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan validitas
2. Mengetahui
macam – macam validitas
3. Mengetahui
faktor – faktor yang mempengaruhi validitas
4. Mengetahui
cara menghitung validitas alat ukur
5. Mengetahui
validitas tes, validitas item dan validitas faktor
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Validitas
Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen.
Suharsimi Arikunto (1995 : 73) menjelaskan bahwa validitas adalah
keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur
apa yang akan diukur,
sedangkan menurut Menurut Gronlund dan Linn (1990) Validitas
adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi, jadi jika data yang dihasilkan
dari sebuah instrument valid, maka dapat dikatakan bahwa istrumen tersebut
valid, karena dapat memberikan gambaran tetang data secara benar sesuai dengan
kenyataan atau keadaan sesungguhnya jadi jika data yang dihasilkan oleh
instrument benar atau valid, sesuai kenyataan, maka instrument yang digunakan
tersebut juga valid.
Prinsip validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti
prinsif keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat
pengukuran atau pengamatan.
Suatu skala
atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang
memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran.
Terkandung di
sini pengertian bahwa ketepatan pada validitas suatu alat ukur tergantung pada
kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan
tepat. Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A dan kemudian
memberikan hasil pengukuran mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur
yang memiliki validitas tinggi. Suatu tes yang dimaksudkan mengukur variabel A
akan tetapi menghasilkan data mengenai variabel A’ atau bahkan B, dikatakan
sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk mengukur variabel A dan
tinggi validitasnya untuk mengukur variabel A’ atau B (Azwar 1986).
2.3 Macam – Macam Validitas
a.
Validitas Logis
istilah
validitas logis mengandung kata logis yang berasal dari kata logika yang
artinya penalaran. Validitas logis adalah menunjuk pada kondisi bagi sebuah
instrumenyang memenuhi persyaratan valid yang berdasarkan pada hasil penalaran,
kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan
sudah di rancang secara baik, menikuti teori dan kententuan yang sudah ada. Validitas logis
disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas tipe ini
menunjuk pada sejauhmana isi alat ukur merupakan representasi dari aspek yang
hendak diukur.
Untuk memperoleh validitas lois yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang
sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu
menjadi bagian alat ukur secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak
diungkap oleh alat ukur hendaknya harus dibatasi lebih dahulu kawasan
perilakunya secara seksama dan konkrit. Batasan perilaku yang kurang jelas akan
menyebabkan terikatnya item-item yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian
penting dari objek ukur yang seharusnya masuk sebagai
bagian dari alat ukur yang bersangkutan.Validitas logis memang sangat penting peranannya dalam penyusunan tes prestasi dan penyusunan skala, yaitu dengan memanfaatkan blue-print atau tabel spesifikasi.
bagian dari alat ukur yang bersangkutan.Validitas logis memang sangat penting peranannya dalam penyusunan tes prestasi dan penyusunan skala, yaitu dengan memanfaatkan blue-print atau tabel spesifikasi.
Validitas
Logis dibagi menjadi 2 yaitu validitas isi (contect validty) dan Validitas
konstrak (construct validity)
1. Validitas
isi (contect validity)
Validitas
isi bagi sebuah instrumen menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun
berdasarkan isi materi pelajaran yang dievaluasi. Sukardi (2008) ialah detrajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur
cakupan subtansi yang ingin diukur. Menurut Suharsimi Arikunto (2013 : 82) sebuah tes dikatakan memiliki
validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan
materi atau isi pelajaran yang diberikan. oleh karena itu materi yang diajarkan
tertera dalam kurikulum maka validitas isi sering disebut juga validitas
kurikuler. Misalnya untuk siswa kelas I SMU akan diberikan tes Matematika, maka
item-itemnya harus diambil dari materi pelajaran kelas I, apabila kita sisipkan
item-item yang diambil dari materi pelajaran kelas III maka tes tersebut sudah
tidak valid lagi.
Untuk menilai apakah suatu tes
memiliki validitas isi atau tidak dapat kita lakukan dengan jalan membandingkan
materi tes tersebut dengan analisa rasional yang kita lakukan terhadap
bahan-bahan yang seharusnya dipergunakan dalam menyusun tes tersebut. Apabila
materi tes tersebut telah cocok dengan analisa rasional yang kita lakukan,
berarti tes yang kita nilai itu mempunyai validitas isi. Sebaliknya apabila
materi tes tersebut menyimpang dari analisa rasional kita, berarti tes tersebut
tidak valid ditinjau dari validitas isinya.
Validitas isi
suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat penguasaan
terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan
tujuan pengajaran. Dengan kata lain, tes yang mempunyai validitas isi yang baik
ialah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai
sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP).
Menurut Gregory (2000) validitas isi
menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau
instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel
yang dikenai tes tersebut. Artinya tes mencerminkan keseluruhan konten atau
materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara proporsional.
Untuk
mengetahui apakah tes itu valid atau tidak harus dilakukan melalui penelaahan
kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau
mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara
proporsional. Oleh karena itu, validitas isi suatu tes tidak memiliki besaran
tertentu yang dihitung secara statistika, tetapi dipahami bahwa tes itu sudah
valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu, wiersma dan Jurs dalam
Djaali dan Pudji (2008) menyatakan
bahwa validitas isi sebenarnya mendasarkan pada analisis logika, jadi tidak
merupakan suatu koefisien validitas yang dihitung secara statistika.
Untuk
memperbaiki validitas suatu tes, maka isi suatu tes harus diusahakan agar
mencakup semua pokok atau sub-pokok bahasan yang hendak diukur. Kriteria untuk
menentukan proporsi masing-masing pokok atau sub pokok bahasan yang tercakup
dalam suatu tes ialah berdasarkan banyaknya isi (materi) masing-masing pokok atau
sub-pokok bahasan seperti tercantum dalam kurikulum atau Garis-Garis Besar
Program Pengajaran(GBPP).
2. Validitas
Konstrak (concstruct validity)
Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas
konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes
mampu mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep
khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan, sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2013) sebuah tes
dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila butir – butir soal yang
membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berfikir seperti yang disebutkan
dalam Tujuan Instruksional. Jadi jika butir – buitir soal menukur aspek
berfikir tersebut sudah sesuai dengan apek berfikir yang menjadi tujuan
intsruksional. Misalnya kalau kita akan memberikan tes
mata pelajaran IPA, kita harus membuat soal yang ringkas dan jelas yang
benar-benar mengukur kecakapan IPA, bukan mengukur kemampuan bahasa karena soal
itu ditulis secara berkepanjangan dengan bahasa yang sukar dimengerti.
Validitas
konstruk biasa digunakan untuk instrumen-instrumen yang dimaksudkan mengukur
variabel-variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal seperti
instrumen untuk mengukur sikap, minat, konsep diri, lokus control, gaya
kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya
performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat),
intelegensi (kecerdasan intelekual), kecerdasan emosional dan lain-lain.
Untuk
menentukan validitas konstruk suatu instrumen harus dilakukan proses penelaahan
teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari
perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran
dan penulisan butir-butir item instrumen. Perumusan konstruk harus dilakukan
berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak
diukur melalui proses analisis dan komparasi yang logik dan cermat.
b.
Validitas Empiris
istilah
validitas empiris memuat kata empiris yang berarti pengalaman. Suharsimi Arikunto (2013) sebuah
instrument dapat dikatan memiliki validitas yang empiris apabila sudah diuji
dari pengalaman. Sebagai contoh sehari – hari seseorang dapat diakui jujur oleh
masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut memang jujur.
Contoh lain, seseorang dapat dikatakan kreatif apabila dari pengalaman
dibuktikan bahwa orang tersebut sudah banyak menghasilkan ide – ide baru yang
diakui berbeda dari hal – hal yang sudah ada, dari penjelasan dan contoh –
contoh tersebut diketahui bahwa validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya
dengan menyusun instrumen berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis,
tetapi harus dibuktikan melalui pengalaman.
Ada
dua macam validitas empiris, yakni
1. Validitas
ada sekarang (concurrent validity)
Menurut
Sukardi (2008) validitas konkuren derajat Dimana skor dlam suatu tes
dihubungkan dengan skor lain yang telah dibuat, sedangkan menurut Suharsimi
Arikunto (2013) sebuah tes memiliki validitas empiris jika hasilnya sesuai
dengan pengalaman, jika adalah istilah sesuai ada dua hal yang dipasangkan.
Dalam hal ini hasil tes dipasangkan dengan hasil pengalaman. Pengalaman selalu
mengenai hal yang telah lampau sehingga data pengalaman tersebut sekarang sudah
ada (ada sekarang, concurrent). Cara – cara membuat tes dengan validitas
konkuren dapat dilakukan dengan beberapa langkah seperti berikut:
a. Administrasi
tes yang barunyang dilakukan terhadap grup atau anggota kelompok
b. Cacat
tes baku yang ada termasuk beberapa koefisien validitas nya jika ada.
c. Hubungkan
atau korelasikan dua tes skor tersebut.
2. Validitas
prediksi (predictive validty)
Memprediksi
artinya meramal dengan meramal selalu
mengenai hal yang akan datang jadi sekarang belum terajadi. Sukardi
(2008) validitas prediksi adalah derajat yang menunjukan suatu tes dapat
memprediksi tentang bagaimana baik seseorang akan melakukan suatu prospek tugas
atau pekerjaan yang direncanakan. Suahrsimi Arikunto (2013) sebuah tes dikatakan
memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan apabila mempunyai kemampuan
untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Misalnya tes
masuk perguruan tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan mampu meramalkan
keberhasilan perserta tes dalam mengikuti kuliah dimasa yang akan datang. Calon
yang tersaing berdasarkan hasil tes diharpkan mencerminkan tinggi rendah nya
kemampuan mengikuti kuliah.
Kriteria
telah di identifikasikan dan ditentukan prosedur selanjut nya adalah menentukan
validitas prediksi suatu tes dengan cara seperti berikut.
1. Buat
item tes sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
2. Tentukan
kelompok yang dijadikan subjek dalam pilot
study.
3. Identifikasi
kriteria prediksi yang hendak dicapai
4. Tunggu
sampai tingkah laku yang di prediksi atau variabel kriterion muncul dan
terpenuhi dalam kelompok yang telah di tentukan
5. Capai
ukuran – ukuran criterion tersebut
6. Korelasikan
dua set skor yang dihasilkan
Hasil
angka beberapa koefisien validitas adalah menunjukan validitas prediksi
terhadap tes yang baru dibuat. Jika koefisien tinggi bearti tes mempunyai
prediksi bagus. Sebaliknya, jika koefisien rendah, berarti tes yang baru sibuat
mempunyai tes prediksi rendah.
3.2 Faktor – faktor yang
mempengaruhi validitas
Banyak
faktor yang dapat memengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapa faktor
tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya yaitu faktor
internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang bersal dari siswa yang
bersangkutan.
1. Faktor
yang berasal dari dalam tes
Beberapa
sumber pada umumnya bersal dari faktor internal tes evaluasi diantaranya
sebagai berikut:
a. Arahan
tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas
tes.
b. Kata-kata
yang digunakan dalam struktur instrument evaluasi, terlalu sulit.
c. Item
– item tes dikontruksi dengan tidak sesuai.
d. Tingat
kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa.
e. Waktu
yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu kurang atau
terlalu longgar.
f. Jumlah
item tes terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sample materi pembelajaran.
g. Jawaban
masing – masing item evaluasi bisa diprediksi siswa.
2. Faktor
yang berasal dari administrasi dan skor.
Faktor
ini dapat mengurangi validitasi interpretasi tes evaluasi, khususnya tes
evaluasi yang dibuat oleh guru. Berikut beberapa contoh faktor yang sumbernya
yang berasal dari proses administrasi dan skor.
a. Waktu
pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam situasi
yang tergesa – gesa.
b. Adanya
kecurangan dalam tes sehingga tidak bisa membedakan siswa yang belajar dengan
yang melakukan kecurangan.
c. Pemberian
petunjuk dari pengawas yang tidak dapat dilakukan semua siswa.
d. Teknik
pemberian skor yang tidak konsisten, mislanya pada tes essay, juga dapat
mengurangi validitas tes evaluasi.
e. Siswa
tidak dapat mengikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.
f. Adanya
orang lain yang bukan siswa yang termasuk dan menjawab item tes yang diberikan.
3. Faktor
yang bersal dari jawaban siswa
Seringkali
terjadi bahwa interpretasi terhadap item – item tes evaluasi tidak valid, karna
dipengaruhi oleh jawab siswa dari interpretasi item – item pada tes evaluasi.
Sebagai contoh, sebuah tes para siswa menjadi tegang karena guru mata pelajaran
tersebut “killer” galak dan sebagainya. Sehingga siswa yang mengikuti tes
tersebut banyak yang gagal. Contoh lain, ketika siswa melakukan tes penampilan keterampilan,
ruangan terlalu ramai atau gaduh sehingga siswa tidak dapat berkonsentrasi
dengan baik. Ini semua dapat mengurangi nilai validitas instrumen evaluasi.
Itu referensinya dari mana yaa ? Makasih
BalasHapusIzin copy
BalasHapusIzin copy
BalasHapusIzin copy
BalasHapus