Jumat, 19 Juni 2015

ARTIKEL : PENATAAN TEMPAT DUDUK YANG EFEKTIF UNTUK PEMBELAJARAN PKN



ARTIKEL : PENATAAN TEMPAT DUDUK YANG EFEKTIF UNTUK
PEMBELAJARAN PKN
PENATAAN TEMPAT DUDUK YANG EFEKTIF UNTUK PEMBELAJARAN PKN
Fina Noviana Sarasati
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Abstrak
Penulisan ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui tata letak ruang yang efektif untuk pembelajaran PKN. 2) Mengetahui macam-macam tata letak ruang kelas. 3) Mengetahui karakteristik tata ruang kelas yang efektif. 4) Mengetahui gambar-gambar tata letak ruang kelas yang efektif. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengolaan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi pustaka. Penataan tempat duduk yang efektif dimaksud kan agar ketika proses kegiatan belajar mengajar pembelajaran PKN  mudah dipahami oleh siswa dengan menggunakan penataan tempat duduk yang efektif, lalu memberikan informasi kepada guru PKN untuk membuat tempat duduk yang efektif untuk pembelajaran PKN.
PENDAHULUAN
Mencerdaskan kehidupan bangsa salah satunya adalah dengan pendidikan. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak peserta didik agar mampu menjadi manusia yang cerdas, berguna bagi bangsa dan negara serta bertakwa kepada Tuhan YME. Pendidikan adalah salah satu hal yang terpenting dalam kehidupan umat manusia, dimana dengan pendidikan tingkat kemampuan sumber daya manusia akan meningkat. Pendidikan formal yang baik dimulai dari sejak dini, pendidikan sejak dini tersebut dimulai dari sejak sekolah dasar. Pendidikan akan terlaksana dengan baik apabila siswa, guru, proses belajar mengajar, sarana prasarana dan pengelolaan kelas tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa.
Di dalam pendidikan yang baik terdapat aspek yang mendukung kesuksesan pendidikan salah satu nya adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas harus disesuikan dengan kebutuhan siswa dan pembelajaran karena pengelolaan kelas yang baik akan menciptakan suasan pembelajaran yang efektif dan efisien. Menurut Winataputra (2003), menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan guru yang ditujukan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosoi- emosional yang positif , serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif. Sedangkan menurut menurut Winzer (Winataputra, 2003: 99) menyatakan bahwa pengelolaan kelas adalah cara-cara yang ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencapai tujuan akademis dan sosial. Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Pengelolaan kelas ditekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa),barang/ fasilitas dan tempat duduk. Kegiatan guru tersebut dapat berupa pengaturan kondisi dan fasilitas yang berada di dalam kelas yang diperlukan dalam proses pembelajaran diantaranya tempat duduk, perlengkapan dan bahan ajar, lingkungan kelas (cahaya, temperatur udara, ventilasi) dll.
Penataan tempat duduk termasuk dalam penglolaan kelas, penataan duduk yang baik adalah apabila tempat duduk yang di sediakan sesuai dengan kebutuhan siswa, kebutuhan siswa ini meliputi jumlah tempat duduk sesui dengan jumlah siswa dalam kelas tersebut, tempat duduk harus sesuai dengan kondisi kelas, dan lain sebaginya. Pengelolaan temat duduk dapat mepengaruhi efektifitas suatu materi pembelajaran apabila materi pembelajaran cenderung berat maka penataan ruang duduk yang baik akan menciptakan materi pembelajaran yang berat tersebut menjadi ringan dan mudah dipahami oleh siswa. Dalam pembelajaran PKN misalnya bagaimana tempat duduk tersebut dapat mempengaruhi keaktifan siswa, pemahaman siswa dan lain sebagainya karena Penataan tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas. Karena pengelolaan kelas yang efektif akan menentukan hasil pembelajaran yang dicapai. Dengan penataan tempat duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan kondisi belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Winzer (Winataputra, 2003: 9-21) bahwa “penataan lingkungan kelas yang tepat berpengaruh terhadap tingkat keterlibatan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Lebih jauh, diketahui bahwa tempat duduk berpengaruh jumlah terhadap waktu yang digunakan siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan”.
Dalam materi pembelajaran Pendidikan Kewarganeraaan (PKN) banyak materi pembelajaran yang lebih banyak pengertian, pemahaman dan konsep. Ini membutuhkan banyak waktu dan pemahaman siswa untuk lebih berkonsentrasi. Jika materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini diajarakan dengan biasa-biasa saja atau menggunakan metode pembelajaran yang biasa maka siswa akan cepat bosan dan akan membuat tujuan pembelajaran menjadi tidak tercapai. Oleh karena permasalahan itu perlu diselesaikan agar proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menjadi lebih menyenangkan, menjadi mata pelajaran yang disukai oleh siswa dan lain sebgainya. Salah satu penghambat tersebut adalah pengaturan tempat duduk .
Pada dasarnya penataan tempat duduk khusus nya untuk pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) adalah  penataan tempat duduk yang berbentuk kelas tradisional, penataan tempat duduk hanya berbentuk barisan meja dan kursi yang disejajarkan dan disetap satu meja diisi oleh dua orang siswa, penataan tempat duduk ini sangat memungkin kan untuk siswa yang jumlah nya banyak dan kelas nya tidak terlalu besar, namun dengan penataan tempat duduk yang berbentuk kelas tradisional tersebut kurang efektif untuk pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karena dengan penataan tempat duduk seperti ini akan membuat murid cepat bosan, tidak begitu memperhatikan apa yang guru sampaikan karena tidak terlihat, siswa yang duduk dibelakang kadang tidak begitu memperhatikan karena tidak focus dengan pembelajaran karena menurut siswa tersebut biasanya mendapatkan tempat duduk dibelakang tidak terlalu diperhatikan oleh guru.
Keywords : Penataan Tempat Duduk
METODE
Pada penulisan artikel ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif sebagai metode yang penulis gunakan dalam penulisan dan penelitian ini. Penggunaan metode ini bertujuan untuk kemudian dapat mendeskripsikan secara lebih detail mengenai permasalahan yang memang sering dihadapi dalam proses pembelajaran di kelas. Pendekatan kulitatif ini selanjutnya didukung dengan teknik pengumpulan data berupa teknik wawancara, observasi dan studi pustaka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penataan tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas. Karena pengelolaan kelas yang efektif akan menentukan hasil pembelajaran yang dicapai. Dengan penataan tempat duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan kondisi belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa. Untuk pembelajaran PKN yang matri pembelajaranya lebih banyak pemahaman tentang suatu hal maka perlu pengelolaan tempat duduk yang baik agar siswa yang belajar pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) tidak mudah bosan dan selalu focus untuk belajar. Dalam pengelolaan tempat dudu yang efektif untuk pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelolah tempat duduk
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menata lingkungan fisik kelas menurut Loisell (Winataputra, 2003: 9.22) yaitu:
a.       Visibility ( Keleluasaan Pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.
b.      Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
c.       Fleksibilitas (Keluwesan)
Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.
d.      Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.
e.       Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penataan tempat duduk
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan yaitu:
  1. Ukuran bentuk kelas
Ukuran bentuk kelas yang luas memungkinkan guru untuk mengatur tempat duduk yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh guru tersebut, namun jika luas kelas tidak begitu luas maka akan sulit untuk guru untuk mengatur tempat duduk dan memungkin kan memakai penataan tempat duduk tradisional.
  1. Bentuk serta ukuran bangku dan meja
Bentuk serta ukuran meja dan bangku sangat mempengaruhi dalam pentaan tempat duduk jika tempat duduk nya berukuran besar dengan bentuk kelas yang tidak begitu luas maka sulit bagi guru untuk membentuk penataan tempat duduk yang baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh guru. 
  1. Jumlah siswa dalam kelas
Jumlah siswa dalam kelas adalah hal yang terpenting untuk mengelola tempat duduk. Jika didalam kelas tersebut terdapat 40 anak dengan bentuk kelas yang tidak begitu luas maka hanya penataan tempat duduk tradisional saja yang akan dipakai dalam penataan tempat duduk. Jumlah siswa yang efektif di setiap kelas berkisar antara 20 sampai dengan 30 murid di setiap kelasnya.
  1. Jumlah siswa dalam setiap kelompok
Terdapat beberapa pengelolaan tempat duduk yang mengharuskan guru untuk membuat siswa berkelompok, di dalam pengelolan tempat duduk ini jumlah siswa yang baik berkisar antara 5 sampai dengan 6 perkelompoknya dibagi sesuai dengan jumlah siswa yang terdapat dalam kelas tersebut, namun semua itu dapat disesuaikan dengan jumlah siswa dalam kelas tersebut.
  1. Jumlah kelompok dalam kelas
Jika jumlah kelompok dalam kelas terlalu banyak maka akan menyulitkan guru dalam proses pembelajaran, karena biasanya siswa akan mudah terpecah konsentrasinya mereka sibuk bermain dengan teman-teman nya atau kelas tersebut penuh sesak dengan bangku serta meja yang akan menyulitkan anak untuk bergerak.
  1. Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita).
Pembagian siswa perkelompok harus memperhatikan jenis kelamin dan kemampuan persiswa. Jika di dalam kelompok hanya berisi perempuan saja maka akan dipastikan kelompok tersebut akan menjadi kelompok yang berisik, atau sebaliknya jika kelompok tersebut beranggotakan siswa laki-laki saja maka akan dipastikan kelompok tersebut akan menjadi kelompok yang pasif. Di dalam pengaturan siswa dalam kelompok harus diliat kemampuan perindividu kelompok tersebut jika didalam tersebut berisi siswa-siswa yang aktif maka kelompok siswa-siswa yang pasif akan terus pasif tidak dapat berkembang.

3. Bentuk-bentuk pengelolaan tempat duduk
            a. Formasi Huruf U
Formasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik dapat melihat guru dan/atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena guru dapat masuk ke huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi.
            b. Formasi Corak Tim
      Mengelompokkan meja-meja setengah lingkaran atau oblong di ruang kelas agar memungkinkan anda untuk melakukan interaksi tim. Anda dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang paling akrab. Jika anda melakukan, beberapa peserta didik harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat anda, papan tulis atau layar


c. Meja Konferensi
Ini terbaik jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi pentingnya pengajar dan menambahkan pentingnya peserta didik. Susunan ini dapat membentuk perasaan formal jika pengajar ada pada ujung meja.
d. Lingkaran
Para peserta didik hanya duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh. Sediakan ruangan yang cukup, sehingga anda dapat menyuruh peserta didik menyusun kursi-kursi mereka secara cepat dalam berbagai susunan kelompok kecil.
e. Kelompok untuk kelompok
Susunan ini memungkinkan anda melakukan diskusi fishbowl (mangkok ikan) atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi aktifitas kelompok. Susunan yang paling khusus terdiri dari dua konsentrasi lingkaran kursi. Atau anda dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.
f. Workstation
 
Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, aktif dimana setiap peserta didik duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas (seperti mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laborat) tepat setelah didemonstrasikan. Tempat berhadapan mendorong patner belajar untuk menempatkan dua peserta didik pada tempat yang sama
g. Breakout Groupings
Jika kelas anda cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hindarkan penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas sehingga hubungan diantara mereka sulit dijaga.


h. Susunan Chevroun
Sebuah susunan ruang kelas tradisional tidak melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak peserta didik (tiga puluh atau lebih) dan hanya tersedia meja oblong, barangkali perlu menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan V mengurangi jarak antara para peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melihat peserta didik lain dari pada baris lurus. Dalam susunan ini, tempat paling bagus ada pada pusat tanpa jalan tengah.
i. Kelas Tradisional 
Jika tidak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja dan kursi, cobalah mengelompokkan kursi-kursi dalam pasangan-pasangan untuk memungkinkan penggunaan teman belajar. Cobalah membuat nomor genap dari baris-baris dan ruangan yang cukup diantara mereka sehingga pasangan-pasangan peserta didik pada baris-baris nomor ganjil dapat memutar jursi-kursi mereka melingkar dan membuat persegi panjang dengan pasangan tempat duduk persis di belakang mereka pada baris berikutnya.
 
j. Audiotorium
Meskipun auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun masih ada harapan. Jika tempat duduk-tempat duduk itu dapat dengan mudah dipindah-pindah, tempatkanmereka dalam sebuah arc (bagian lingkaran) untuk membentuk hubungan lebih erat dan visibilitas peserta didik.Jika tempat-tempat duduk itu cocok, suruhlah peserta didik agar duduk sedekat mungkin ke pusat. Berlaku asertif terhadap bentuk ini; sekalipun dianggap barisan lepas dari sisi audotorium. Ingatlah : tidak masalah seberapa besar auditorium dan seberapa banyak audien, anda masih dapat memasangkan mereka dan menggunakan aktifitas-aktifitas belajar aktif yang melibatkan
4. Kelebihan dari penataan tempat duduk yang efektif


a.             Aksesibilitas : siswa mudah menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedia
b.        Mobilitas : siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian lain dalam kelas.
c.             Interaksi  : memudahkan terjadi interaksi antara guru dan siswa maupun antar siswa.
d.            Variasi kerja siswa: memungkinkan siswa bekerjasama secara perorangan, berpasangan,     atau kelompok.

KESIMPULAN

Penataan tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengelola kelas. Karena pengelolaan kelas yang efektif akan menentukan hasil pembelajaran yang dicapai. Dengan penataan tempat duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan kondisi belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelolah tempat duduk: a. Visibility ( Keleluasaan Pandangan), b. Accesibility (mudah dicapai), c. Fleksibilitas (Keluwesan), d. Kenyamanan, e. Keindahan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penataan tempat duduk: Ukuran bentuk kelas, Bentuk serta ukuran bangku dan meja, Jumlah siswa dalam kelas, Jumlah siswa dalam setiap kelompok, Jumlah kelompok dalam kelas, dan Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa yang pandai dan kurang pandai, pria dan wanita). Bentuk-bentuk pengelolaan tempat duduk: Formasi Huruf U, Formasi Corak Tim, Meja Konferensi, Lingkaran, Kelompok untuk kelompok, Workstation, Breakout Groupings, Susunan Chevroun, Kelas Tradisional, dan Audiotorium. Kelebihan dari penataan tempat duduk yang efektif: Aksesibilitas, Mobilitas, Variasi kerja siswa, berpasangan, atau kelompok.

SARAN

Dalam pembelajaran PKN penataan tempat duduk yang cocok adalah penataan tempat duduk dengan menggunakan tempat duduk Breakout Groupings, Formasi Corak Tim, dan Formasi Huruf dengan menggunakan penataan tempat duduk tersebut siswa akan lebih memahami pembelajaran PKN karena tidak terhalang dengan penglihatan dan pendengaran karena penatan tempat duduk di sama ratakan. Dalam penataan tempat duduk dengan menggunakan formasi tersebut anak akan aktif dalam pembelajaran dan bagi guru menggunakan penataan tempat duduk tersebut akan mempermudah melihat murid yang aktif dan tidak aktif dan lain sebagainya. Namun menggunakan  tempat duduk dengan formasi tersebut harus dengan kriteria ruang yang luas, jumlah murid yang relatif sedang dan kursi ataupun meja yang sesuai dengan kondisi kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2007. Cooperative Learning (Memperaktikan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas). Jakarta: PT Grasindo
Udin S. Winataputra. 2003. Srategi Belajar mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional
Evertson, Carolyn, dkk.2011. Manajemen Kelas.Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Prihatin,Eka.2011. Manajemen Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.

Keywords :
Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Dirgantara Wicaksono




2 komentar: